Sejumlah seniman dari Rumah Karya
Indonesia (RKI) bekerjasama dengan
pegiat lingkungan dari Jendela Toba serta seniman di Prapat, bersatu membantu
pemerintah dalam mensosialisasikan Geopark Kaldera Toba. Sosialisasi itu
dikemas dalam bentuk karya seni. Kegiatan yang bertajuk pentas seni budaya,
“Dolok Sipiak” ini akan berlangsung pada 6-7 Desember mendatang di Parapat.
Sejumlah acara telah dipersiapkan, antara lain, workshop dan melukis bersama
anak-anak sekolah, seni daur ulang, apresiasi sastra, tari, monolog serta
penulisan buku puisi “Seribu Sajak Tao Toba” (jilid II). Hal ini dijelaskan
Sekjen RKI, Jhon Fawer Siahaan didampingi kordinator program Fredico Purba.
Jhon menjelaskan, sosialisasi Geopark Kaldera Toba harus terus menerus
dilakukan. Mengingat wacana ini masih kurang populer di masyarakat yang
berdomisili di kawasan kaldera Toba. RKI juga ikut bertanggungjawab, terhadap
perkembangan Geopark Kaldera Toba, karena hal itu merupakan kebutuhan banyak
orang. RKI bersama dengan Jendela Toba dan sejumlah seniman di Parapat, merasa
ikut ambil bagian mensosialisasikan program yang baik ini.
“Secara sukarela, tanpa harus
didanai siapapun, kami merasa harus ikut mensosialisasikan informasi Geopark
Kaldera Toba. Yang kami tahu, selama ini lembaga masyarakat Jendela Toba yang
selalu berkampanye tentang Geopark Kaldera Toba. Dan kami terpanggil untuk ikut
membantu mereka,” kata Jhon.
“Jika selama ini Jendela Toba
fokus pada geologi dan biodiversity, RKI menyentuh aspek seni dan budayanya.
Untuk itulah kami juga bekerjasama dengan seniman setempat. Salah satunya
dengan sanggar seni di Parapat yang dipimpin Corry Paroma Panjaitan,” tambah
Jhon.
Sementara kordinator program,
Fredico Purba menambahkan, melalui seni kita ingin menyisipkan misi geopark itu
sendiri. Yakni lahirnya konsep pariwisata berbasis edukasi, ekologi serta
ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Tujuan inilah yang ingin kita sampaikan
kepada masyarakat, khususnya anak-anak sekolah, jelas mahasiswa seni rupa
Unimed ini.
Di tempat terpisah, Direktur RKI,
Jones Gultom menambahkan, geopark merupakan satu konsep yang sekarang ini
menjadi rujukan di banyak negara. Seperti Cina, Amerika Serikat bahkan
Malaysia. Dengan mengusung visi eduekologis yang berkelanjutan. Artinya, industri pariwisata
dikembangkan tanpa harus merusak alam, seni dan budayanya. Di Indonesia,
sebenarnya konsep ini sudah diterjemahkan nenek moyang kita melalui kearifan
lokal. Sayangnya selama ini kita mengabaikan hal itu. Sekarang muncul istilah
geopark, yang tujuannya sama. Tentulah kita dukung, tegas pelaku seni budaya
Batak ini.
Semangat sama juga diungkapkan
Gagarin Sembiring dari Jendela Toba. Ia mengajak semua pihak untuk ikut bersama
menguatkan wacana geopark di masyarakat. Menurut geolog ini, hal itu penting
karena merupakan point terpenting yang menjadi pertimbangan Unesco.
“Pemahaman masyarakat terhadap
geopark itu sendiri adalah aspek terpenting yang harus dipenuhi suatu daerah.
Sebab inilah yang akan menjadi kunci berhasil tidaknya suatu daerah menjadi
geopark oleh Unesco. Untuk itulah kami bersama RKI turun ke masyarakat Parapat
untuk menjelaskan apa itu geopark. Semua ini kita lakukan untuk menyelamatkan
tanah leluhur kita dari kerusakan yang selama ini telah terjadi,” pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar