Breaking News
Loading...
Kamis, 17 September 2015

Info Post
IRWANSYAH HARAHAP 

Lahir di Medan pada tanggal 21 Desember 1962, anak dari pasangan Oemar Harahap dan Djarundjung Tagon Siregar ini telah mengenal musik dari usia yang sangat belia. Sebagai anak terkecil dari 12 bersaudara, ia tumbuh dalam keluarga yang menyenangi musik dan bersama kakak-kakaknya membentuk band keluarga untuk tampil dalam acara-acara tertentu. Mulai mengenal gitar pada usia 5 tahun memainkan lagu-lagu klasik, pada masa remajanya ia mulai menyukai musik jazz dan mencoba untuk mengenal permainan alat musik dalam combo jazz.


Meski sempat tidak mendapat dukungan dari orang tua untuk melanjutkan pendidikan musik formal dan mengganggur dua tahun setelah menamatkan pendidikan SMA, akhirnya ia mengambil kuliah Jurusan Etnomusikologi (Fakultas Ilmu Budaya saat ini) Universitas Sumatera Utara (USU) di tahun 1983. Pertemuannya dengan Edward C.Van Ness membukakan matanya untuk mendalami kekayaan musik-musik tradisi di dunia. Dialah yang membantu pendalaman studi musik Barat dan menulis musik. Selama masa studinya, ia juga terlibat dalam kegiatan Lembaga Kesenian USU memainkan alat-alat musik tradisional Batak. Ia belajar memainkan alat tabuh Taganing dan alat petik hasapi dengan Marsius Sitohang dan ensembel gordang sambilan Mandailing dengan Dagar Lubis. Melalui keterlibatan akitivitas ini, ia kemudian dapat turut serta mengikuti berbagai event kesenian dia beberapa negara Eropa dan Asia.
Ia kemudian melanjutkan pendidikan Master Ethnomusikologi di University of Wellington Seattle, USA selama tiga setengah tahun. Dari pengalaman ini ia belajar dan bertemu dengan banyak musisi dunia antara lain diantaranya Sujath Khan yang mengajarkan permainan alat petik sitar India, Akhram Khan yang mengajarkan tabla India, Silvestre Randafison yang mengajarkan alat petik tube bamboo valiha Madagaskar, Darius Talai yang mengajarkan alat petik sehtar dan oud Iranian, dan Nusrat Fateh Ali Khan yang mengajarkan tradisi nyanyian sufi qawwali Pakistani.
Seusai pendidikannya, ia pulang kembali ke Indonesia dan kemudian membentuk satu kelompok musik bernama SUARASAMA bersama istrinya Rithaony Hutajulu dimana kelompok ini memainkan karya-karyanya yang berangkat dari pemahaman musik tradisi dunia atau yang seringkali disebut wold music cultures.

Karirnya bersama kelompok SUARASAMA berkembang ketika ia mendapat undangan dari Sapto Rahardjo untuk terlibat dalam Jogjakarta International Gamelan Festival 1997. Undangan itu berlanjut hingga permintaan perekaman musiknya oleh Jerome Samuel, seorang produser dari Radio France International dan undangan forum Asia Pasific Performance Exchange (APPEX) 1997 di Los Angeles, USA dimana ia mempresentasikan karya-karyanya dalam tajuk Music,Trends, and Future.
Hingga di tahun ke 17 berdirinya kelompok SUARASAMA saat ini, telah banyak karya-karya yang dihasilkan antara lain “Fajar di Atas Awan” (RFI France 1998; DragCity Chicago 2008), Rites of Passages (Suarasama Indonesia-Wellington New Zealand), Lebah (Suarasama, Indonesia) dan akan merilis album “Timeline” pada tahun ini. Secara pribadi pun ia pernah menjadi artists in residence dalam kegiatan Wellington-Asian Artists Residence Exchange. 
(WARE) oleh Wellington-Asian Foundation selama tiga bulan bersama istrinya.

Karya-karya musik Irwansyah Harahap pada dasarnya mengacu pada elemen konseptual maupun praktikal dari berbagai kebudayaan musik tradisi dunia (roots music). Disamping menggunakan sarana alat-alat musik tradisi dunia, ia juga cenderung untuk merancang ulang (redesain) peralatan musik yang konvensional ke dalam bentuk-bentuk tuning, teknik permainan, maupun karakteristik idiomatik bunyi yang berbeda-beda untuk memenuhi aestetik musikal yang ingin dicapai. Terkadang ia juga membuat desain alat musik khusus (custom) untuk memenuhi kebutuhan komposisi musik yang ia kerjakan. Selain itu, ia juga seringkali mensintesa ulang gagasan konspetual maupun paraktikal dari fenomen musik dunia ke dalam formula baru, baik dalam hal pembentukan struktur dasar ritmikal maupun orientasi pada unsur melodiknya.
Saat ini Irwansyah Harahap menjabat sebagai ketua program studi (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya USU. Juga menjadi ketua “Jendela Toba” sebuah lembaga yang bekerja untuk pemberdayaan masyarakat lokal, pelestarian alam dan lingkungan di wilayah Danau Toba
Nama grup musik Suarasama mendapatkan atensi besar musik dunia beberapa tahun belakangan. Suarasama memainkan world music yang memadukan musik batak, melayu juga timur tengah dan afrika. Baru baru ini mereka mengeluarkan album berjudul “Timeline” yang dirilis oleh Space Rec (Jakarta). Sebelumnya album mereka dirilis oleh Radio France Internationale dan dirilis ulang oleh Drag City Records (USA).

Sudah lama kita tak mendengar lantunan bunyi tradisi yang digarap oleh bang Irwansyah Harahap, terutama di Kota Medan, Sumatera Utara.Bang Irwansyah Harahap dan suarasama beberapa tahun ini banyak melakukan pertunjukan musik di Luar sumatera utara. Kita sangat bangga dan bersyukur setelah pertunjukan mereka di Jerman, Bang Irwansyah Harahap akan memperdengarkan karya-karya di #jong_bataks_arts_festival, Taman Budaya Sumatera Utara, 27-31 Oktober 2015

0 komentar:

Posting Komentar